Suasana indah yang menyihir mata ini, seolah tak mau berhenti
memandang lukisan alam Sang Malik, betapa aku tak menyangka ternyata aku
sudah ingin hampir setahun disini. Negeri yang amat maju dengan teknologinya,
yang tetap menjunjung tinggi budaya bangsanya. Aku bersyukur aku bisa diberikan
kesempatan untuk menimba ilmu disini, secara gratis subhanalloh, masih
teriang dibenakku saat itu, saat aku membuka email balasan dari pihak
universitas di Jepang Allohuakbar doaku terkabul aku diterima di Universitas
Tokyo, dan termasuk mahasiswa yang menerima beasiswa penuh plus tempat
tinggal dan uang bulanan. Betapa leganya hati ini aku bisa membuktikan pada
kedua orang tua ku bahwa anaknya bisa melanjutkan sekolah keluar negeri tanpa
membebani mereka. Tangis bahagia mereka menghantarkan ku kesini, walaupun
mereka berat hati melepaskan anak perempuannya pergi jauh, tapi demi meraih
impian,berkarya diwaktu muda dan bisa berkontribusi dalam kehidupan untuk
menuntut ilmu, kesedihan itu seolah tak terpancar, tergantikan oleh iringan doa
yang selalu mereka panjatkan untukku.
Namaku Zirah Ayunda, aku sangat ambisius terhadap kimia, alasannya
sedehana sesuatu yang bersifat partikel tak terlihat oleh kasat mata namun
memiliki peranan penting seolah menantang batinku untuk aku telusuri. Tak
terasa, bulan Ramadhan pun tinggal menghitung hari, perasaan sedih semakin
dekat menghampiriku karena ini adalah kali pertama aku menjalani ibadah puasa
jauh dari keluargaku di Indonesia, namun aku tak sendiri, ternyata banyak teman-
teman ku yang beragama muslim menunaikan ibadah ramadhan disini, mereka adalah
keluarga ku disini, kami adalah warga Indonesia yang tinggal di Jepang dari
berbagai profesi, ada yang mahasiswa, dosen , tenaga kerja dan lainnya. Kami
sudah membuat beberapa agenda yang nantinya akan mengisi hari- hari di Bulan
Ramadhan.
Jam Weaker dikamar ku sudah menari – nari, lekas menyuruhku untuk bangun melaksanakan sahur di
hari pertama, puasa kali ini akan terasa lebih berat karena siang akan lebih
panjang dari biasanya di musim panas, tapi semangat meraih kemenangan tak akan
mengoyahkanku, untuk kalah, Rasululloh pernah bilang perang yang paling sulit
adalah perang melawan hawa nafsu.
Suara ketukan pintu, membuat ku harus jeda membaca al-quran,
“siapa?”,Tanya ku singkat. Sambil menuju pintu aku berkata “tunggu
sebentar,”.tangan ku cepat membuka pintu, mengagetkan sosok perempuan yang
sejak tadi berdiri disana,” Assalamualaikum, Zi kamu sudah dapet jadwal
kegiatan di kedutaan RI belum?”,Tanya Ria padaku, Ria sama seperti ku mahasiswa
yang berasal dari Inonesia dan kebetulan kami satu Universitas. “oh belum Ri,
aku belum tahu malah”,jawabku, “yowes nanti selesai jam terakhir aku tunggu
kamu ya digerbang kampus, hari ini ada buka puasa bersama dan sholat terawih berjama’ah
di sana. Hari ini kamu kuliah selesai sebelum dhuzur kan?”.kata Ria, “iyaaa Ri,
kamu tahu ajah, oke nanti kita ketemu di depan gerbang ya”.jawab ku.
Setelah percakapan dengan Ria barusan, Zirah langsung bersiap untuk
berangkat beraktivitas, tak pernah bosan rasanya aku memandangi kota ini, benar- benar kota
yang tak hanya cantik akan arsitek bangunan dan kebersihannya, tapi juga
suasana hijau pepohonan yang rindang dan kesopanan ada
juga keramahan warga Jepang terhadap warga Negara lain yang menetap ataupun
hanya sekedar berkunjung. Teknologi yang berkembang pesat juga diiringi dengan
pelestarian budaya asli agar generasi Jepang tetap mengenal dan tak lupa dengan
asal usul negaranya.
Aku benar – benar kagum dengan Negara ini, andai negeri ku bisa seperti
ini. Tak terasa aku sudah sampai di kampus,lalu lintas yang begitu apik tak ada
halangan berarti menggunakan transportasi umum untuk aktivitas sehari – hari, sambil tersenyum jadi ingat dengan lalu lintas di Jakarta yang tak lepas dengan kata
macet. Tapi aku yakin kota ku tercinta Jakarta suatu saat nanti akan berubah
menjadi lebih baik lagi, namanya juga sekarang lagi berproses.
Suasana kelas serentak hening, karena kedatangan profesor, “good
morning everyone”, beliau langsung memulai materi kuliah hari ini, tak lupa aku
menyiapkan catatan ku dan alat perekam. Hehe...
inilah cara ku untuk tetap ingat materi yang disampaikan di kelas.Diakhir
kuliah beliau menyampaikan untuk membentuk kelompok masing – masing kelompok
berisi tiga orang tugasnya mengunjungi daerah industry di Sendai melakukan pengamatan terhadap produk
tersebut.jangka waktu pengumpulan tugas dua minggu dari sekarang.
Sungguh luar biasa ramadhan ku kali ini benar- benar berbeda, akan
banyak ilmu yang akan aku dapat dan hal-
hal baru yang sudah tak sabar aku temui. Oke masih ada satu kelas lagi.
Sudah hampir dhuzur, aku sudah janji dengan Ria ingin bertemu di
gerbang depan, tapi sebelum bertemu dengannya aku akan sholat dhuzur terlebih
dahulu, langkah ku cepat untuk segera sampai ke mushola, namun aku terhenti aku
pandangan ku berlaih ke sebelah kanan, ku lihat di papan informasi bahwa akan libur
selama dua hari ini, karena adanya festival Obon. Dalam hati ku bertanya acara
apa itu ?
Tak ambil pusing aku segera berjalan kembali, Dari belakang
terdengar ada yang memanggil ku, dan aku mengenali suara itu, “Zi”, dengan nada
khas suaranya aku tahu itu Takao, ia adalah teman sekelas ku, dia mahasiswa
asli Jepang. Kesan pertama
saat melihatnya ramah dan banyak bicara, Takao teman terdekatku selama berada
di kampus, saat baru pertama kali menginjakkan kaki di kampus Takao tidak
sungkan membantuku mengetahui informasi mendetail mengenai kampus, hari itu dia mengajak ku
lusa untuk mengunjungi tempat wisata kekaisaran Kebudayaan Jepang, karena ada
acara disana setelah festival obon sebelumnya. Aku langsung bertanya pada
Takao, apa sih festival obon itu;? . dia menjawab bahwa festival obon adalah
acara semacam ritual mengenang para leluhur yang sudah banyak berjasa, saat itu
kita berdoa berkumpul bersama dengan cara kami. Takao bilang nanti juga akan
dilaksanakan ditaman dekat pusat kota. Dia menawarkan ku untuk datang, bila
ingin lebih mengetahui detailnya.
Aku tertarik, subhanalloh mereka sangat menghormati para
leluhurnya, aku membandingkan masih banyak orang– orang islam yang tidak mengingat keluarganya yang telah meninggal,
mereka terkesan lupa begitu saja, padahal tiga hal yang tak akan terputus
amalannya, yaitu Shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak sholeh.
Bagaimana ingin berbakti pada leluhur, kalau dengan keluarga yang sudah
meninggal saja lupa, aku benar- benar malu, langsung teringat dengan kakek dan
nenek yang sudah meninggal. Sangat jarang bahkan hampir tidak pernah aku
mengingat mereka, dan menyebut nama mereka dalam doaku. Padahal sangat ingin
aku menjadi anak yang sholehah, mereka yang lebih dikenal penyembah matahari
saja tak hanya sangat menghargai para leluhurnya namun, kebiasaan dan sikap
masyarakatnya dalam menjalani rutinitas memang harus diacungkan jempol,
bagaimana tidak, dalam hal kebersihan, keramahan,disiplin dan banyak hal lain. sangat ingin semua itu juga ada di negeri ku tercinta,
Indonesia.
“Hi,,,,,, are you okay?”,Tanya Takao padaku.”yes, I’m okay.sory Takao” jawabku
padanya. Langkah ku berpindah sambil tanganku dengan lembut menyentuh relif –
relif dinding yang melukiskan kisah masyarakat Jepang kuno, Pakaian
khas Jepang banyak terlihat, tak bisa aku menahan senyum melihat banyak anak
kecil yang mengenakan kimono.Festival ini diadakan saat musim panas, di Tokyo
sebagian besar mengadakan festival Obon pada bulan agustus biasanya dimulai
pada tanggal 13 agustus dan berakhir pada 16 agustus bersamaan dengan kalender
gerhana matahari. Gema suara pukulan drum menarik perhatian, Takao segera
mengajak ku untuk mendekat, aku pun antusias, trian – tarian khas festival obon
dimulai, senja semakin mendekap, Lampion cantik berwarna –warni tergambar jelas
menerangi taman, rasanya tak ingin aku meninggalkan tempat ini. Banyak yang
meletakkan lampion di sungai Sumida disebut dengan Toro Nagashi, pemandangan
Indah sangat terlihat Jelas dari Jembatan Azuma. Belum pernah sebelumnya aku
melihat ini, diperjalanan pulang aku habiskan dengan melihat- lihat hasil foto
festival tadi. “Terimakasih Takao “ ucapku dalam hati.
“Kamu dimana? Zi, Aku tunggu kamu dikamarku buat
terawih jama’ah ya”. Pesan singkat yang dikirim Ria padaku. Tanganku lelah
mengetuk pintu, tersisa perasaan bahagia, Tak lupa ku ucapkan salam, Ria tak
membiarkan ku menunggu lama mengetuk, “barusan aku sms mu Zi, kamu sudah
pulang, sudah makan? “ tanya Ria, “tak sempat aku menjawabnya langsung segera
aku menuju toilet, tak lama langsung ku tuju sajadah dan mukena.”kamu belum
sholat magrib Zi? Dasar anak ini”, ungkap Ria dengan nada agak galak karena
mungkin aku belum sempat menjawab semua komentar dan pertanyaan. “iya, tadi pas
magrib aku masih di kereta Ri, jadi tanpa berhenti aku segera bergegas pulang.
Oh iya Ri, masih ada makanan buat aku ?” tanya ku sambil tersenyum manis
layaknya seorang anak yang merayu pada ibunya. “ada, di meja tuh, cepat makan
sehabis itu segera sholat terawih jama’ah ya dengan ku” jawab Ria. “beres bu
hehe”. Jawab ku.
Berganti hari, tak pernah bosan untuk menyapa
pagi, membuka jendela dan menghirup dalam - dalam udara sejuk, seakan asupan
oksigen berkualitas mengalir langsung menuju otak. Hari rabu, tidak ada jadwal
kuliah, selalu ku pakai untuk berjoging ria, seragam joging ready, capcus berangkat. Menuruni tangga
dengan lincah, fokus ku terganggu saat terdengar suara berisik bunyinya macam
benda yang jatuh, benar saja berserakan buku dan bermacam benda kebutuhan
kamar, tanpa menawarkan diri dan dimulai dengan bertanya, dengan sigap langsung
aku membantu orang tersebut merapihkan barang- barangnya.
“hmmm,, orang Indonesia ya?” jawab orang
tersebut, ternyata laki- laki.”iya.”jawabku singkat,” makasih ya mba, maaf jadi
merepotkan saya baru mau tinggal disini, mba tinggal disini juga ?” komentar
laki- laki tersebut. “iya” jawabku singkat lagi sekaligus agak sebel karena dipanggil
mba. Laki- laki itu tersenyum ramah, namun hanya beberapa detik aku langsung
meninggalkannya.
Dari mana ya dia, eh iya namanya siapa?,
biarlah.kenapa aku jadi memikirkannya, Tapi apa emang aku terlihat lebih tua, sepertinya
lebih tua laki- laki itu, mendengarkan musik mungkin lebih baik,tanganku segera
merogoh saku jaket putih bergambar wajah panda depan belakang, namun sepertinya
rasa khawatir mulai muncul, perasaan aku membawa handphone lho kok gak ada,
akhirnya jogging terhenti aku malah termenung bersandar duduk pada sebuah kursi
taman, bukan termenung karena laki- laki itu tapi memikirkan kira- kira jatuh
dimana handphone ku, entah apa yang aku pikirkan aku langsung menuju tempat
tadi bertemu laki- laki itu. Nihil tak berbekas, empat kardus yang tadi pagi
terlihat pun tak ada, lambat menyusuri tangga menuju kamar bukan karena lelah
sehabis jogging, tapi memikirkan dimana handphone yang hilang pun membuatku
lemas.
Berpapasan dengan Ria, “Zi kamu joging ndak
bawa hp ya ?”. tanya Ria mengagetkan, melihat Ria sudah dengan pakaian rapih,
pasti dia ingin berangkat ke kampus, “aku berangkat ya Zi,”.benar saja belum
sempat aku menjawab, Ria langsung pamitan. Aku tak mau menghambatnya dengan
cerita kehilanganku pagi ini. Dengan perasaan sedih tercampur dengan lelah
sehabis jogging aku hempaskan tubuhku dikasur,
Komentar
Posting Komentar